Selasa, 30 April 2013

Puisi Doa Chairil Anwar


PUISI “DOA“KARYA CHAIRIL ANWAR

Doa
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
 Analisis Unsur Intrinsik

Kesimpulan :
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata “dua” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan

Amanat
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ´Doa´ ini berisi amanat kepada pembacaagar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanattersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ´pengembaraan di negeriasing´ yang suatu saat akan kembali juga. 

Resensi Dongeng Si Gadis Kerudung Merah dan Srigala


Resensi Dongeng Si Gadis Kerudung Merah dan Serigala (Prosa Lama)
Di tepi sebuah hutan di kaki gunung, berdirilah sebuah rumah. Rumah itu tidak begitu besar, tetapi dari luar tampak sangat nyaman. Di dalam rumah itu tinggal seorang wanita tua. Meskipun sudah tua, wanita itu masih sangat mampu mengurus dirinya sendiri. Di seberang hutan di belakang rumahnya, ada sebuah desa dimana putrinya tinggal. Dari putrinyalah wanita itu memiliki seorang cucu. Seorang gadis kecil.
Gadis kecil itu lahir saat tengah malam, saat bulan bulat penuh bersinar terang bahkan di tengah hutan yang gelap. Dan mungkin karena itulah gadis kecil itu memiliki kulit putih hampir pucat yang membuatnya seperti selalu bersinar di antara anak-anak lain. Dan yang membuat gadis kecil itu berbeda adalah, dia sama sekali tidak takut saat malam tiba. Dia seperti menjadi lebih berani saat bulan muncul.
Saat gadis itu merayakan ulang tahunnya yang kelima, neneknya datang dan memberinya hadiah yang terbungkus kertas berwarna coklat dan diikat dengan pita putih. Dengan penasaran gadis kecil itu membuka kadonya. Setelah pita dibuka dan lipatan kertas diuraikan, matanya melebar berbinar-binar. Dengan tangan kecilnya gadis itu mengangkat benda berwarna merah di hadapannya dan memandanginya dengan wajah memerah. Dan setelah memeluknya dan mengibar-ngibarkannya sambil berputar-putar, gadis kecil itu menubruk neneknya dan tersenyum lebar. "Terima kasih nenek!"
Dan neneknya mengecupnya dan mengucapkan selamat ulang tahun sambil tersenyum. Kemudian, gadis kecil itu mulai kebingungan bagaimana harus memakai benda merah itu. Diapun berlari menghampiri ibunya dan memberikan hadiahnya pada ibunya, dia merengek agar ibunya segera memakaikan benda merah cantik itu padanya. Ibunya mengangkat benda itu dan dengan segera memasangnya di tubuh putrinya. Dia mengikat tali di kedua bahu putrinya dan terakhir menutup kepala putrinya dengan kerudung merah yang menggantung dari jubah merahnya. Setelah terpasang sempurna, gadis itu tersenyum lebar dan berputar-putar, membuat jubah merahnya berkibar. Saat itu, dia sudah sama sekali melupakan hadiah dari ibu dan ayahnya yang belum dibukanya dan masih tergeletak di lantai.
Dan disisa hari itu, gadis kecil itu terus memakai jubah merahnya hingga dia tertidur di sofa empuk di depan perapian, di pangkuan neneknya, berharap agar neneknya tidak pulang ke rumahnya di sisi lain hutan. Jadi, wanita itu tinggal bersama putrinya untuk malam itu.
Di tengah hutan, terdapat sebuah gua. Di dalam gua itu seekor luper* kecil tinggal sendirian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan kawanan luper lain dan dia sudah sangat terbiasa hidup sendirian di dalam guanya yang hangat.
Pada suatu siang, saat luper kecil itu sedang menikmati tidur siangnya untuk menghindari cahaya terang matahari, telinganya tiba-tiba bergoyang dan berdiri tegak saat menangkap sebuah suara di dekat mulut guanya. Dia menaikkan wajahnya sedikit untuk mengendus bau yang masuk dari luar gua, kemudian dia mendengkur dan kembali melanjutkan tidur siangnya. Di luar gua, seekor kelinci gemuk dengan bulu coklat melompat melewati mulut gua dan masuk ke dalam lubang di bawah pohon besar tidak jauh dari situ.
Sejauh yang bisa diingat luper kecil itu, dia belum pernah sekalipun melihat luper lain di dalam hutan. Dia sama sekali tidak tahu di mana orang tuanya atau bahkan apakah dia memiliki orang tua.
Luper kecil itu sesekali berjalan ke desa dengan jubah berkerudung yang pernah ditemukannya di bebatuan di tepi sungai untuk menyembunyikan telinganya yang berbulu. Kadang dia hanya memandangi orang-orang yang kadang memberinya sepotong roti dengan wajah gemas, kadang dia berjalan-jalan tanpa tujuan mengelilingi desa dan memandangi anak-anak kecil yang berlarian. Kadang anak-anak kecil itu menatapnya lama-lama, kemudian mereka biasanya akan tersenyum lebar dan melambai padanya.
Terakhir kali dia berjalan ke desa, dia bertemu dengan gadis kecil yang memakai jubah merah. Gadis itu menatapnya dengan penasaran, dan saat luper kecil itu balas menatapnya, gadis itu tersenyum lebar dan menghampirinya, memberinya sebuah benda bulat berwarna-warni yang terasa manis. Belum pernah sekalipun luper itu mencicipi benda seperti itu. Dan untuk pertama kali, luper itu membalas senyuman yang diberikan padanya. Setelah itu, gadis kecil itu bersama wanita yang menggandeng tangannya meninggalkan luper itu duduk sendirian sambil menjilati benda bulat manis di tangannya.
Hari itu terasa berbeda dari hari-hari biasanya, dan luper itu berharap akan bertemu lagi dengan si gadis berkerudung merah itu dan wanita yang bersamanya yang entah mengapa membuatnya merasa nyaman saat wanita itu menepuk kepalanya yang berkerudung dengan ringan.
Setelah matahari tenggelam dan bulan mulai berkuasa di langit, luper itu mengangkat kepalanya. Matanya yang berwarna hitam berkilat di dalam gelapnya gua, dalam sekejap warna hitamnya memudar dan digantikan pupil berwarna keemasan. Diapun berjalan keluar dari dalam gua, mencari sesuatu untuk sarapan malamnya. Pertama, luper itu berjalan ke arah sungai untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Dan setelah puas minum, luper itu mencuci wajahnya dan tangan juga kakinya yang sedikit kotor. Dia terbiasa melakukannya saat akan berjalan ke desa, dan lama-kelamaan, itu menjadi hal yang wajib dilakukannya. Malam itu, dia tidak ingin ke desa, dia ingin berjalan ke tempat lain. Arah sebaliknya.
Setelah beberapa saat berlari (berjalan versinya) luper itu sampai di dekat tepi hutan. Dia berhenti saat mencium aroma wangi yang seperti menguras seluruh isi perutnya, membuatnya lapar dalam sekejap. Dengan penasaran, luper itu mulai mendekati sumber aroma hingga sampai di tepi hutan. Sebuah rumah kecil berwarna coklat berpagar abu-abu dengan halaman depan yang dipenuhi bunga-bungaan tampak di hadapannya. Dari cerobongnya tampak asap tipis berwarna kelabu. Jendela rumahnya tampak bercahaya keemasan, dan luper itu hanya terbengong di pinggir hutan.
Tanpa sadar kakinya perlahan membuatnya mendekati rumah itu, aroma wangi yang menyerbu hidungnya seperti membuat tubuhnya melayang, seperti ngengat yang otomatis terbang mendekat begitu cahaya tampak di depannya. Dan sebelum luper itu menyadarinya, pintu rumah itu terbuka dan seorang wanita tua berambut keperakan muncul dan menatapnya. Saking terkejutnya, luper itu hanya balik menatap wanita itu, sama sekali lupa menutupi telinganya yang mencuat di kedua sisi kepalanya. Walau begitu, wanita tua itu tersenyum padanya dan memanggilnya masuk. Dengan patuh luper itu berjalan mendekat dan berhenti di depan pintu, menatap wanita tua yang masih saja tersenyum padanya.
"Kau mau berdiri terus di situ atau masuk dan ikut mencicipi kaserol ayamku yang masih hangat di depan perapian?" tawar wanita itu membuat luper kecil itu menatapnya dan dengan gugup masuk ke dalam rumah. Wanita itu kemudian berjalan di depannya dan menyuruhnya duduk di sebuah kursi di depan perapian. Kemudian dia muncul lagi dengan dua buah piring berukuran sedang dan memberikan salah satunya pada luper itu. Dengan mata hitam berbinar, luper itu menatap sepotong kaserol di piringnya. Itu adalah benda paling sedap yang pernah diciumnya selain aroma manis permen yang pernah dicicipinya. Tambah lagi, benda itu mengeluarkan uap yang membuatnya susah payah menahan air liur.
Luper itu kemudian melirik wanita tua di hadapannya, wanita itu memotong kaserolnya dengan garpu kemudian menusuk potongan kaserolnya dan memakannya. Dan luper itu mengikutinya (itu juga pertama kalinya luper itu memakai garpu dan piring untuk makan). Saat memasukkan kaserol itu ke dalam mulutnya, mata luper itu berbinar-binar dan dia mulai menghabiskan kaserolnya dengan lahap membuat wanita itu tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah menghabiskan sepotong kaserol untuk yang kesekian kali, luper itu sekarang menggenggam cangkir yang mengepul. Cairan di dalamnya berwarna putih kental dan anehnya dia sangat menyukai baunya yang manis sekaligus gurih. Dia merasa pernah mencium aroma itu tetapi sama sekali tidak bisa mengingatnya. Perlahan luper itu mulai meminumnya, tetapi masih juga tidak mengingat kapan dan di mana dia pernah mencicipi rasa yang hampir serupa. Wanita itu masih saja menatapnya dengan diam hingga luper itu menghabiskan seluruh isi cangkirnya dan menggenggam cangkirnya sambil menjilati bibirnya yang 'berkumis' putih. Masih ada aroma susu yang tertinggal di cangkir itu, dan dia menyukainya.
"Apa yang kau lakukan di hutan?" tanya wanita itu memecahkan kesunyian. Luper itu hanya menatapnya tiba-tiba dan perlahan telinganya terlihat melemas, menyatu dengan rambut hitamnya yang mencuat. Mata luper itu kembali pada cangkir di tangannya.
"Aku, tinggal di hutan," luper itu menjawabnya dengan lirih seolah dia baru saja bisa berbicara dengan suara manusia. Tanpa sadar wanita itu membelalak, tetapi dengan cepat dia menyembunyikannya dan tersenyum lalu mulai menanyai luper kecil itu pertanyaan-pertanyaan sederhana dan dijawab dengan singkat. Satu hal yang segera disadari wanita tua itu, anak kecil dengan wajah manis dan rambut hitam mencuat yang sewarna dengan matanya itu adalah anak luper yang entah bagaimana memiliki bentuk lebih menyerupai manusia (kecuali untuk telinganya), dan anak itu sama sekali tidak menyadari kalau dirinya adalah seekor luper (atau makhluk setengah luper karena wanita itu tahu luper tidak bisa berbicara). Dan dari selera makannya, wanita itu langsung bisa menebak kalau luper kecil yang duduk di hadapannya sangat jarang memakan sesuatu yang masih berdarah dan sering berkeliaran di desa. Entah kenapa, luper kecil itu menyukai berada di dekat manusia, mungkin karena instingnya yang membuatnya lebih nyaman berada di dekat sesamanya.
*luper: serigala humanoid. Ukurannya dua kali serigala biasa dan tetap merupakan makhluk karnivora. Bukan manusia serigala.

Kesimpulan :
Cerita ini berkisah tentang seorang gadis bernama Kerudung Merah, yang mengenakan kerudung merah atau topi sederhana. Gadis itu berjalan melalui hutan untuk memberikan makanan kepada neneknya yang sedang sakit itu (jus anggur dan roti pisang).
Seekor serigala ingin memakan gadis itu, dan roti pisang dalam keranjang, tapi takut anjing kecil yang dibawanya. Dia mendekati si Kerudung Merah dan mengatakan kepadanya mau pergi kemana. Dia menyarankan gadis itu untuk memilih beberapa bunga. Sementara itu, serigala pergi ke rumah nenek dan berhasil masuk dengan berpura-pura menjadi gadis itu. Dia menelan seluruh tubuh nenek, (Dalam beberapa cerita, dia mengunci nenek di dalam lemari), dan menunggu gadis itu dengan menyamar sebagai nenek.
Ketika gadis itu tiba, ia melihat bahwa neneknya terlihat sangat aneh. Si Kerudung Merah kemudian berkata, "Telinga Nenek besar sekali!," ("Supaya aku bisa mendengar suaramu lebih jelas, cucuku"), "Tapi, Nek, mata Nenek besar sekali!," ("Supaya aku bisa melihatmu lebih jelas, sayangku"), "Tapi Nek tangan Nenek besar sekali!," ("Supaya aku bisa memelukmu dengan erat, sayangku") dan terakhir "Tapi Nek mulutmu besar sekali!" ("Supaya aku dengan gampang menangkapmu!"). Serigala langsung melompat tempat tidurnya dan menelan si Kerudung Merah, kemudian tertidur lelap.
Seorang penebang pohon (dalam Grimm Brothers, dan selalu dalam tradisi Jerman adalah seorang pemburu), entah bagaimana, datang untuk menyelamatkan dan membuka perut serigala yang masih tertidur dengan kapaknya. Si Kerudung Merah dan neneknya muncul tanpa terluka. Mereka mengisi tubuh serigala dengan batu-batu berat. Serigala terbangun dan mencoba melarikan diri, tetapi batu-batu itu menyebabkan dia ambruk dan mati. 

Resensi Novel Refrain


Resensi Novel Refrain (Prosa Baru)
Penulis : Winna  Efendi
Nata dan Niki adalah dua orang sahabat yang selalu bersama-sama sejak kecil menatap bintang di atas trampolin yang menjadi rutinitasnya. Setiap Niki bertanya tentang siapa yang akan lebih dulu jatuh cinta di antara mereka berdua, Nata selalu menjawab “kamu” kepada Niki. Suatu hari di sekolah, Niki dan Nata mempunyai sahabat yang bernama Annalise (Anna) pindahan dari New York. Anna merupakan anak tunggal dari model terkenal Vidia Rossa. Anna merupakan anak broken home yang kekurangan kasih sayang mamanya yang selalu sibuk mengurusi pekerjaannya sebagai designer dan model di luar negeri. Kemudian Niki mengajak Anna berteman dan Niki, Nata, Anna menjadi sahabat erat. Ternyata diam-diam Anna menaruh rasa sayang kepada Nata. Di sisi lain Nata pun merasakan ada yang berubah dari diri seorang Niki yang kemudian membuat jantungnya berdegup lebih kencang ketika bersama Niki. Anna kemudian mengetahui bahwa Nata menyukai Niki dan bertanya kepada Nata. Awalnya Nata tidak peduli, tetapi akhirnya ia meminta saran kepada Anna tetntang perasaannya.
Suatu hari Niki diajak berkenalan oleh kapten basket dari lawan SMA nya. Oliver anak terkenal dari SMA Pelita. Niki pun menjadi gugup ketika suatu hari Oliver mengajaknya jalan-jalan dan menyatakan rasa cintanya pada Niki. Seketika itu Niki merasa betapa senangnya mempunyai pacar dan betapa indahnya jatuh cinta. Niki pun langsung menceritakan kepada Nata dan Anna. Nata terkejut dan mengatakan bahwa Oliver tidak pantas menjadi pacar Niki. Nata berkata dalam hatinya bahwa sebenarnya dia yang lebih dulu jatuh cinta daripada Niki. Anna mengajak Nata dan Niki ke rumahnya untuk memilih koleksi-koleksi fotonya untuk dilombakan. Niki menemukan kumpulan foto-foto Nata dalam sebuah kotak sepatu yang secara diam-diam disimpan oleh Anna. Nata kemudian memberanikan diri bertanya tentang foto-foto itu. Anna pun mengatakan bahwa dia sayang kepada Nata. Anna lalu cepat mengatakan bahwa tidak perlu ada jawaban dari Nata karena ia sudah tahu jawabannya. Nata menjadi lega dan berkata bahwa ini baru pertama kalinya ada cewek yang menyatakan langsung perasaaannya kepadanya.
Suatu hari Niki masuk ke kamar Nata dan secara tidak sengaja membaca lagu-lagu ciptaan Nata. Mata tertuju pada sebuah buku yang kemudian isinya membuat Niki lemas ketika ia membaca tulisan di dalamnya yang ternyata adalahtentang perasaan Nata kepadanya. Nata memergokinya dan Niki langsung bergerak untuk meninggalkan ruang itu, tetapi ditahan oleh Nata yang meraih tangannya dan berkata dalam suara rendah, “gue sayang lo, Nik”. Niki tidak menjawab dan langsung berlari pergi kerumahnya. Saat itu Nata merasa dia sudah kehilangan sesuatu yang penting dalam hidupnya. Persahabatan Nata dan Niki pun menjadi renggang.
Suatu ketika sepulang sekolah Nata berusaha mendekati Niki, ingin mengatakan sesuatu tentang perasaannya dan Nata juga mengatakan bahwa ia tidak ingin merusak persabatannya apalagi hubungan Niki dengan Oliver. Nata hanya ingin Niki tidak menjauh darinya. Niki akhirnya berani berkata bahwa dia tetap menganggap Nata sebagai sahabatnya, tidak lebih dan kemudian meminta maaf kalau ia tidak menerima perasaan Nata. Terkadang Niki merasa rindu untuk berkumupul kepada Anna dan Nata. Ia hanya bisa mengintip dari rumahnya ketika Nata bercanda ria bersama Anna di trampolin. Tempat khusus dirinya bersama Nata. SMA Pelita akan mengadakan pesta perpisahan, dan Niki akan datang menjadi pasangan Oliver. Namun, Niki terkejut dan marah ketika melihat Oliver berpasangan dengan Helena. Helena sudah merencanakan semua itu karena ia iri kepada Niki. Helena berhasil menipu Oliver dengan mengatakan bahwa ia akan mempertemukannya dengan Shasa. Oliver tega melakukan semua itu karena sangat mencintai Shasa.
Niki terkaget ketika Nata tiba-tiba menjemputnya danmengajaknya pulang dari tempat pesta itu ketika ia sedang menangis. Sahabatnya datang menyelamatkannya. Nata datang tanpa sepengetahuan Niki dan telah diberitahu oleh Oliver bahwa ia harus menjemput Niki. Oliver sebenarnya tidak tega melakukan itu. Akhirnya Nata dan Niki memutuskan untuk mengobrol di trampolin semalaman. Mereka berdua kembali berbaikan. Kelulusan akan segera tiba. Annalise memutuskan untuk kuliah, sementara Niki masih bingung. Nata tidak sanggup meninggalkan Niki, padahal ia sudah diterima sekolah musik impiannya di luar negeri. Danny tahu apa yang terjadi pada adiknya. Ia pun menasehati agar Nata mau sekolah dan tidak perlu khawatir terhadap Niki. Malamnya, Nata dan Niki memutuskan untuk menghabiskan malam di atas trampolin sambil mengingat masa-masa kecilnya dulu hingga mereka berdua tertidur di atas trampolin itu. Setelah terbangun , mereka memperhatikan dua planet bersinar pagi itu, berdekatan seperti dua sahabat. Akhirnya perpisahan itu terjadi, Nata akan pergi untuk waktu yang lama.  Nata mengecup kening Niki dengan lembut, membekaskan seluruh rasa cintanya pada gadis itu.  Mereka berdua menangis dan Nata berkata dalam hati “Gue akan segera pulang dan,saat itu,gue gak akan melepaskan lo lagi”.
Setelah hampir lima tahun Nata dan Niki berpisah. Sampai suatu hari Nata pulang dan memutuskan untuk mampir ke sekolah lamanya.  Teriakan seorang guru perempuan membuat Nata ingin mencari asal suara itu. Hati Nata berdegup, terpaku dan tidak mampu bergerak ketika menemukan asal suara itu. Mereka pun saling berpandangan. Ingin berteriak senang namun hanya seruan kecil yang keluar. Mereka pun kemudian menjadi sahabat yang tidak akan pernah terpisah selamanya.

Kesimpulan :
Refrain, Saat Cinta Selalu Pulang dari judulnya sudah menunjukan karakter dari sebuah percintaan. Dari novel ini diceritakan tentang 3 sahabat, Niki, Nata dan Anna yang diam-diam mempunyai perasaan satu sama lain tetapi tidak ingin mengungkapkannya karna takut menyakitkan satu dengan lainnya. Dari novel ini saya mengambil kesimpulan bahwa persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang selalu tulus dan memaafkan. Persahabatan yang tidak pernah lekang oleh waktu dan tidak penuh kemunafikan dan keegoisan.
“Tidak ada persahabatan yg sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya.” Kata-kata dalam novel ini memberi arti bahwa kita tidak bisa mengharapkan persahabatan yang sempurna dalam persahabatan kita. Tetapi kembali kepada kita, apakah kita akan berusaha untuk mempertahankan persahabatan itu? Apakah kita mau berusaha untuk membuat persahabatan itu terlihat selalu seru dan segar? Dan bersediakah kita untuk menjadi orang yang selalu ada disaat susah maupun senang untuk sahabat kita? Sekiranya kita menjawab “Ya.” untuk semua pertanyaan itu jika kita menginginkan persahabatan yang indah yang tidak akan lekang oleh waktu.